Hampir tidak
ada negara di dunia ini yang sunguh-sunguh bersih dari prostitusi dan AIDS.
Dimana ada prostitusi disana ada AIDS. Negara-negara di timur tengah yang
terkenal dengan peradaban Islam-nya pun tidak luput dari praktik prostitusi.
Arab Saudi misalnya, praktik semacam ini tetap didapati walau terselubung.
Apalagi jika kita bandingkan dengan
Indonesia dan beberapa daerah yang sangat terkenal dengan lokalisasinya. Sungguh
sebuah situasi yang sangat miris, ditambah dengan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Menurut Sekretaris
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, tercatat
jumlah kumulatif kasus AIDS hingga akhir Juni 2011, sebanyak 26.483
kasus. Dan penyebab transmisi tertinggi adalah seks bebas (76,3 persen). Untuk itu butuh langkah nyata untuk membatasi
ruang gerak penyebaran virus HIV/AIDS di masyarakat.
Banyak cara yang dapat kita lakukan
untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus HIV/AIDS seperti memberi
penyuluhan kesehatan tentang bahaya HIV/AIDS, berhati-hati dengan jarum suntik
dan peralatan bedah, memakai kondom, menghentikan seks bebas, dan yang paling
terpenting adalah menutup tempat-tempat prostitusi yang menjadi sumber utama
penyebaran virus.
Tetapi langkah nyata tersebut sangat
kontradiktif dengan apa yang terjadi di lapangan sekarang ini. Belum lagi
pencegahan ini dilakukan, AIDS malah mendapat tempat yang istimewa di tengah
masyarakat penikmat free sex. Ini sangat terbukti dengan semakin tumbuh
dan berkembangnya tempat-tempat prostitusi di beberapa daerah di Indonesia. Kita
boleh mengutuk AIDS, tetapi tidak dan bukan prostitusi, tidak dan bukan seks
bebas, tidak dan bukan sodomi, tidak dan bukan anal sex.
Sungguh sangat ironis negri ini,
disaat genderang perang melawan AIDS ditabuh dengan kencang oleh beberapa pihak,
tapi disisi lain sumber utama penyumbang terbesar penyakit ini semakin mendapat
tempat yang legal di mata hukum dan pemerintah.
Seharusnya ketika pemerintah dan
elemen terkait menyatakan perang terhadap AIDS maka mereka harus tegas untuk
menutup semua tempat lokalisasi di Indonesia, termasuk di Daerah Istemewa
Yogyakarta.
Kita semua tahu bahwa sampai saat
ini tidak ada obat yang efektif untuk penyakit AIDS ini, seharusnyalah kita
sadar bahwa upaya efektif yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi masalah
ini adalah pencegahan. Dengan menghindari penyebaran virus HIV/AIDS, dengan
cara menjauhi gaya hidup yang menyebabkan penyebaran HIV/AIDS, masalah ini akan
bisa diatasi. Sebaliknya jika kita lalai dan tidak acuh terhadap perilaku yang
menularkan virus HIV/AIDS, masalah ini tidak akan bisa diatasi.
0 komentar:
Posting Komentar