BBM dan Kegalauan Pemerintah


         Nangkring di Koran Seputar Indonesia, 06 Februari 2012
          Bukan sekali, tapi telah berulang kali gonjang-ganjing terkait wacana bahan bakar minyak (BBM) mencuat ke permukaan publik. Mulai dari penaikan tarif BBM, pemangkas subsidi, penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi, atau yang baru-baru ini masih hangat diperbincangkan adalah wacana pembatasan pemakaian BBM bersubsidi.
            Sangat jelas kebijakan ini semakin simpang siur. Mendekati waktu pelaksanaan pada 1 April sesuai dengan amanat Undang-Undang APBN 2012, program pembatasan bukannya mengerucut ke satu opsi, melainkan melebar ke bermacam skema. Seperti pelarangan kendaraan roda empat di Jabodetabek untuk mengkonsumsi BBM bersubsidi dan beralih ke BBG yang lebih murah. Namun, gaung wacana tersebut belakangan kian sepi, yang muncul justru opsi penaikan harga BBM bersubsidi, yang sebelumnya tidak masuk opsi sama sekali.  
            Lebih tidak jelas lagi silang kebijakan yang terjadi pada Menko Kesra dan Menkeu beberapa waktu silam. Menko Kesra mengatakan, pemerintah tidak akan menaikan harga BBM tahun ini, sebaliknya di tempat yang berbeda Menkeu mengatakan, kenaikan harga BBM masih dimungkinkan, kepastian tergantung pembicaraan di DPR. Pernyataan bertolak belakang dua mentri ini menunjukan belum adanya keputusan definitif terkait penyesuaian harga BBM dalam rangka menekan subsidi.
            Ada apa dengan pemerintah? Di tengah sikap menunggu masyarakat akan keputusan terkait BBM, justru pemerintah terkesan sangat ragu-ragu dalam memutuskan kebijakan. Dan perlu dicermati bahwa disaat kebijakan tidak jelas, pemerintah akan mundur dengan sendirinya dari komitmen awal yang sudah digariskan. Sebaiknya pemerintah tidak usah menjanjikan sesuatu yang mengatasnamakan kesejahteraan rakyat, jika memang begini pada akhirnya.
            Dalam hal ini menurut penulis, seharusnya pemerintah harus bersikap tegas, komitmen dan yang terpenting fokus pada satu kebijakan. Jika pemerintah mau mengambil satu opsi saja terkait BBM, dan mengawal perjalanan kebijakanya. Maka hal itu lebih bermakna ketimbang setiap hari mengeluarkan wacana yang tidak jelas kemana arah muaranya. Seperti halnya yang sudah dilakukan negara maju, seperti Pakistan, Argentina, dan Brasil, dibutuhkan lebih kurang 10 tahun untuk membuat BBG benar-benar memasyarakat di sektor transportasi.
            Sekali lagi, sikap serius dan fokus pemerintah sedang diuji. Keseriusan bisa dimulai, misalnya memberi contoh, dengan mengharuskan mobil dinas dan pribadi pejabat konversi ke BBG.   

0 komentar:

Posting Komentar