Optimalisasi Kesiagaan


          Terbit di Harian Jogja 28 Februari 2012
           Berdasarkan laporan Jaringan Informasi Lingkar (Jalin) Merapi, beberapa waktu lalu telah terjadi rekahan di sekitar puncak gunung, kemungkinan hal itu terjadi karena adanya tekanan lava dari bawah sehingga menimbulkan rekahan dan asap sulfatara. Tekanan itu juga menyebabkan terjadi guguran di puncak gunung. (Harjo, 20/02/12)
            Keadaan seperti ini masih dianggap normal oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian. Aktifitas gunung merapi yang cenderung meningkat masih dipandang hal yang wajar dan belum memasuki zona siaga. Meskipun demikian, kesiagaan dan kewaspadaan harus selalu ditingkatkan guna meminimalisir dampak buruk yang akan terjadi.
            Keadaan yang masih normal ini alangkah baiknya dijadikan sebagai masa persiapan bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan warga di sekitar gunung merapi untuk mempersiapkan segala hal baik secara fisik, mental, ataupun sarana pra sarana yang bisa memudahkan para warga jika sewaktu-waktu gunung merapi benar-benar menepati janjinya. Semua komponen ini memiliki relasi strategis dalam menentukan parameter kesiagaan dalam menghadapi bencana. Ibarat pepatah, sedia payung sebelum hujan, sedia segala hal sebelum kejadian, jika bencana benar terjadi, tentunya kita tidak terlalu uring-uringan karena semuanya telah dipersiapkan. 
            Terlebih pada individu atau komunal yang terkena dampak langsung, harus sadar betul akan pentingnya arti edukasi bencana (education disaster). Sehingga secara sadar melakukan langkah-langkah preventif dengan mencari informasi terkini terkait kebencanaan. Aktivitas kesadaran ini akan membentuk masyarakat yang memiliki sikap aktif dan mandiri sehingga tidak selalu bergantung kepada birokrasi dan BPBD.
            Bagi pemerintah BPBD harus segera merencanakan antisipasi hal terburuk dari ancaman bahaya bencana dan memberikan pelayanan terbaik kepada warganya saat bencana itu datang. Jangan sampai pemerintah berprilaku yang cenderung interventif dan koruptif seperti yang telah banyak terjadi di tempat lain terkait manipulasi uang bencana. Pemerintah mulai dari level tertinggi hingga bawah harus menjadi uswatun hasanah, lebih-lebih dalam situasi bencana karena ini erat terkait dengan kepercayaan publik dan legitimasi.
            Diharapkan dengan mengoptimalkan segala hal terkait perencanaan kesiagaan ini, dapat meminimalisir dampak kejadian dan membantu para korban bencana merapi, sehingga derita yang terlalu berat untuk mereka pikul sendiri sedikit terobati dengan pemberian fasilitas yang layak dari pemerintah.

0 komentar:

Posting Komentar